Selasa, 19 Juli 2011

TRADISI BARATAN DI KALINYAMATAN




Tradisi baratan adalah sebuah tradisi arak- arakan yang digelar pada saat Nisyfu Sya’ban (pertengahan bulan Sya’ban) yang dimulai dari Masjid Al-Makmur desa Kriyan, kecamatan Kalinyamatan dan finish di pendopo kecamatan Kalinyamatan. Acara baratan tersebut diikuti oleh seorang yang berperan sebagai Ratu Kalinyamat, diikuti para dayang, prajurit dikuti oleh terbangan sholawatan dari daerah sekitar dan anak- anak yang membawa lampion, obor, maupun tetabohan- tetabohan.
Menurut cerita orang terdahulu mengatakan tradisi tersebut merujuk pada peristiwa pembunuhan Sultan Hadirin, suami Ratu Kalinyamat, yang dilakukan oleh Arya Penangsang. Jenazah Hadirin, waktu itu, diboyong pada malam hari maka butuh sebuah lampu penerang berupa oncor. Sebagai simbolisasi peristiwa tersebut setiap 15 Syakban masyarakat memperingatinya dengan pawai oncor atau obor..

Sesuai dengan artinya Baratan sesuai dengan kata asalnya Bara’atan berarti lebaran atau melebur.dengan adanya baratan orang Jepara yang berasal dari beberapa daerah berkumpul untuk mengikuti arak-arakan ataupun sekedar menonton. Dengan berkumpulnya tersebut maka mereka dapat menyambung tali silaturohmi dan saling memaafkan kesalahan masing-masing, sehingga saat Ramadlan tiba dosanya sudah melebur sehingga hatinya bersih dan ringan serta diberikan kemudahan menjalankan ibadah Puasa Ramadlon yang suci.
Sebelum dimulainya arak- arakan, peserta shalat Maghrib berjamaah, lalu dilanjutkan pembacaan surat Yasin sebanyak 3 kali dan ditutup doa yang dipimpin oleh ulama setempat, kemudian diteruskan dengan bancakan, santap bersama, berupa makanan puli. Puli merupakan makanan yang terbuat dari beras. Agar rasanya kenyal beras dicampur dengan bleng. Puli diambil dari bahasa Arab Afwu lii, yang berarti ‘maafkanlah aku’.
Kita berharap, semoga dengan adanya acara baratan tersebut dapat memupuk tali silaturohmi diantara warga Kalinyamatan pada Khususnya dan Jepara pada Umumnya. Amiiiiin . . .

1 komentar: