Sabtu, 03 September 2011

JEPARA KOTA BUNTU, APA BENAR . . .



 MEMANG BENAR SICH, JIKA ADA YANG BILANG JEPARA MERUPAKAN KOTA POJOK, KOTA BUNTU ALASANNYA MEMANG TEPAT YAITU BUKAN KOTA PERLINTASAN YANG DI LALUI OLEH TRANSPORTASI MENUJU KOTA LAIN, PANTAS JIKA TIDAK ADA KATA MACET DI JALANAN JEPARA.
WALAUPUN BEGITU MENURUT SEJARAH, JEPARA MEMILIKI JALUR TRANSPORTASI LAUT PALING STRATEGIS DI BANDING KOTA LAINNYA SEPERTI SEMARANG. KARENA JEPARA TERLETAK DIANTARA 3 JALUR PELAYARAN YAITU: JALUR KALIMANTAN, SURABAYA, JAKARTA. MAKANYA SEJAK DARI DAHULU JEPARA ADALAH KOTA PELABUHAN TERAMAI DI PULAU JAWA, PADA MASA KERAJAAN DEMAK DAN KERAJAAN MATARAM. BAHKAN DILABUHI OLEH PARA SAUDAGAR BESAR YANG DIANTARANYA LAKSAMANA CENGHO (SAMPOKONG), DAN PARA SAUDAGAR BESAR LAINNYA. KENAPA TIDAK BERLABUH DI SEMARANG, DIKARENAKAN JEPARA ADALAH KOTA UTAMA / TERPENTING DI MASANYA.
JEPARA ADALAH KOTA BUNTU TAPI SANGAT PENTING, BUKTINYA JEPARA PERNAH MENJADI PEREBUTAN KERAJAAN MAJAPAHIT, KERAJAAN DEMAK, KERAJAAN MATARAM, PORTUGIS, VOC. DENGAN DI BUKTIKANNYA ADANYA BENTENG PORTUGIS, BENTENG VOC, DLL.
TETAPI KETIKA KOLONIAL BELANDA MEMBANGUN PELABUHAN YANG BERKUALITAS DI DAERAH SEMARANG MAKA SEMUA PELAYAR  DIALIHKAN KE SEMARANG. DAN KOTA JEPARA MENJADI KOTA YANG SEPI.
JEPARA JEPARA.. . .
MESKIPUN BEGITU ADANYA, DI ULANG TAHUN JEPARA KE 465 INI, SELALU BERBENAH DAN MERIAS DIRI SEHINGGA TIDAK SALAH JIKA TAHUN 2011 INI JEPARA KEMBALI MENDAPAT KALPATARU.
JEPARAKU KINI, SELALU DIAWALI AKTIFITAS PAGI YANG BERANEKA MULAI MENGISI JALAN- JALAN DI PUSAT KOTA SEBAGAI GAMBARAN ADANYA SEMANGAT BERKARYA YANG TINGGI, MAUPUN SEMANGAT DALAM MENGGAPAI MASA DEPAN DAN MEMBERANTAS KEBODOHAN DI JEPARA BAIK LAKI-LAKI ATAUPUN PEREMPUAN. YA JELAS, KARTINI KAN DARI JEPARA MAKA TIDAK ADA SALAHNYA JIKA DI JEPARA PENDIDIKAN TIDAK DIBEDA- BEDAKAN ANTARA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN, MISKIN ATAUPUN KAYA.
KOTA JEPARA UNTUK PERTAMA KALINYA MENGALAMI PERKEMBANGAN PESAT PADA MASA PEMERINTAHAN PATE UNUS. JIKA PADA SEKITAR TAHUN 1470 KOTA JEPARA MERUPAKAN SEBUAH KOTA YANG TIDAK BERARTI DAN HANYA MEMILIKI PENDUDUK ANTARA 90 SAMPAI 100 ORANG, SETELAH AYAH PATE UNUS MEMEGANG TAMPUK PEMERINTAHAN MENGGANTIKAN KEDUDUKAN PATIH JEPARA, PENGUASA BARU INI TELAH BERHASIL MENARIK BANYAK ORANG DAN MEMPERLUAS WILAYAHNYA SAMPAI KETANAH SEBERANG, YAKNI SAMPAI KE DAERAH BANKA , TANJUNGPURA, PULAU “LAUE” DAN SEJUMLAH PULAU LAINYA. ADA RIWAYAT YANG MENGATAKAN, AYAH PATE UNUS TELAH BERHASIL MEMBUAT NEGERINYA MENJADI NEGERI YANG BESAR. DI SAMPING ITU, TOME PIRES ( SEORANG PENULIS DAN PENJELAJAH DARI PORTUGIS KELAHIRAN 1468) JUGA MEMUJINYA SEBAGAI RAJA JAWA YANG PALING TERKENAL KARENA KEKUATANNYA DAN PERGAULANNYA YANG BAIK DENGAN RAKYATNYA. BAHKAN, TOME PIRES MENYEBUT AYAH PATE UNUS HAMPER SEBESAR RAJA DEMAK, SEKALIPUN JEPARA BERADA DI BAWAH DEMAK, YANG MEMPUNYAI LEBIH BANYAK PENDUDUK DAN NEGARI.
PADA WAKTU ITU JEPARA TELAH BERHASIL MEMPUNYAI KEDUDUKAN YANG BAIK DALAM LINTAS PERDAGANGAN NUSANTARA. DENGAN TERUS TERANG TOME PIRES MENGAKUI, KOTA JEPARA INI MEMPUNYAI SEBUAH TELUK DENGAN SEBUAH PELABUHAN YANG INDAH. DI DEPAN PELABUHAN TERDAPAT TIGA PULAU SEPERTI PULAU UPEH DI MUARA SUNGAI MALAKA. KAPAL- KAPAL TERBESAR DAPAT MEMASUKINYA.
TOME PIRES JUGA MEMUJI PELABUHAN JEPARA SEBAGAI PELABUHAN YANG PALING BAIK DARI SEKIAN BANYAK PELABUHAN YANG PERNAH DI CERITAKANNYA DAN BERADA DALAM KEADAAN YANG PALING BAIK. SETIAP ORANG YANG AKAN PERGI KE JAWA DAN MALUKU AKAN SINGGAH DI JEPARA.
PREDIKAT YANG DISANDANG JEPARA SEBAGAI KOTA BUNTU, TIDAK BISA MENUTUP DARI MATA DUNIA, DUNIA TETAP MEMANDANG JEPARA BAHKAN MENGAGUMINYA, ALASANNYA JEPARA MEMILIKI SESUATU YANG TIDAK DIMILIKI OLEH KOTA LAIN, BAHKAN OLEH NEGARA LAIN. JEPARA MEMILIKI UKIRAN KHAS, JEPARA PUNYA TENUN TROSO, JEPARA JUGA PUNYA WISATA BAWAH LAUT YANG LUAR BIASA DI PULAU KARIMUNJAWA.
INILAH JEPARAKU DARI DULU SAMPAI SEKARANG BANYAK YANG MEREMEHKAN NAMUN LEBIH BANYAK LAGI YANG MENGAGUMINYA. SEMOGA JEPARA MAKIN BERKEMBANG NAMUN TETAP SANTUN DIMATA ORANG.

Kamis, 01 September 2011

MACAN DEGOR



Macan Degor adalah sebuah harimau yang ada di Jepara tepatnya di Kecamatan Kalinyamatan. Macan Degor adalah jenis Harimau Jawa dengan bentuk lebih besar dari pada harimau benggala, harimau ini hampir punah. Maka Harimau ini musti harus di lestarikan.

Minggu, 24 Juli 2011

ASAL USUL KOTA KALINYAMATAN

Asal-usul Kecamatan Kalinyamatan, Kalinyamatan Jepara dari pemekaran Kecamatan Pecangaan.
Asal mula nama Kalinyamatan diambilkan dari nama Ratu Kalinyamat. Karena daerah Kalinyamatan merupakan bekas Kerajaan Kalinyamat, dengan dibuktikan banyaknya reruntuhan seperti benteng yang mengelilingi beberapa Desa di daerah Kalinyamatan diantaranya Robayan, Kriyan, Bakalan, Margoyoso, Purwogondo,sendang peninggalan lain seperti siti inggil Ratu Kalinyamat di Desa Kriyan Kalinyamatan,.
Menurut cerita nenek ke cucu ke cucu sampai beberapa generasi sampai sekarang,  ceritanya ketika Ratu Kalinyamat sedang sedih, susah maka beliau menghibur diri dengan berjalan keliling istana dengan menaiki kereta kencana yang berjalan diatas benteng yang ketebalan tembok benteng tersebut mencapai 4 meter sehingga bisa di lalui oleh kereta kencana beliau, peninggalan lain berupa sitinggil di Desa Kriyan.
Desa Kriyan merupakan pusat kerajaan pada waktu itu dengan berdirinya sebuah Masjid (Al- Ma’mur) selain itu di Desa Kriyan waktu itu banyak dihuni orang- orang penting dan kaum bangsawan. Karena suami dari ratu Kalinyamat adalah keturunan china, maka di daerah Kriyan banyak warga China, namun sekarang mereka sudah pindah daerah lain, namun kerajinan monel yang diwariskan sampai sekarang masih terkenal sampai keluar negeri.
Pada pemerintahan Ratu Kalinyamat dan Sultan Hadlirin  pembangunan  kerajaan mengalami kemajuan yang sangat pesat  di berbagai bidang antara lain agama Islam, Sosial, Pertahanan dan Keamanan, serta kebudayaan terutama seni ukir. Dalam menjalankan pemerintahaannya di pusatkan di Kalinyamat sedangkan untuk tempat pesanggrahan atau  peristirahatan dan pertapaan di desa Mantingan yang sekarang menjadi makam Sultan Hadlirin dan Ratu Kalinyamat beserta keluarganya. dengan peninggalan yang dapat dilihat sampai sekarang berupa Masjid besar Mantingan.
Untuk mengingat jasa-jasa beliau Ratu Kalinyamat pada masa kecilnya, maka lahirlah kecamatan Kalinyamatan, yang sebelumnya bergabung dengan kecamatan Pecangaan. Adapun kata Kalinyamatan tersebut terdiri dari kata Kalinyamat yang mendapat imbuan an yang artinya Kalinyamat dan sekitarnya atau dengan bahasa yang enak artinya wilayah Kerajaan Kalinyamat dan sekitarnya.
Sumber = sejarah dari nenek moyang dan tokoh setempat

Selasa, 19 Juli 2011

TRADISI BARATAN DI KALINYAMATAN




Tradisi baratan adalah sebuah tradisi arak- arakan yang digelar pada saat Nisyfu Sya’ban (pertengahan bulan Sya’ban) yang dimulai dari Masjid Al-Makmur desa Kriyan, kecamatan Kalinyamatan dan finish di pendopo kecamatan Kalinyamatan. Acara baratan tersebut diikuti oleh seorang yang berperan sebagai Ratu Kalinyamat, diikuti para dayang, prajurit dikuti oleh terbangan sholawatan dari daerah sekitar dan anak- anak yang membawa lampion, obor, maupun tetabohan- tetabohan.
Menurut cerita orang terdahulu mengatakan tradisi tersebut merujuk pada peristiwa pembunuhan Sultan Hadirin, suami Ratu Kalinyamat, yang dilakukan oleh Arya Penangsang. Jenazah Hadirin, waktu itu, diboyong pada malam hari maka butuh sebuah lampu penerang berupa oncor. Sebagai simbolisasi peristiwa tersebut setiap 15 Syakban masyarakat memperingatinya dengan pawai oncor atau obor..

Sesuai dengan artinya Baratan sesuai dengan kata asalnya Bara’atan berarti lebaran atau melebur.dengan adanya baratan orang Jepara yang berasal dari beberapa daerah berkumpul untuk mengikuti arak-arakan ataupun sekedar menonton. Dengan berkumpulnya tersebut maka mereka dapat menyambung tali silaturohmi dan saling memaafkan kesalahan masing-masing, sehingga saat Ramadlan tiba dosanya sudah melebur sehingga hatinya bersih dan ringan serta diberikan kemudahan menjalankan ibadah Puasa Ramadlon yang suci.
Sebelum dimulainya arak- arakan, peserta shalat Maghrib berjamaah, lalu dilanjutkan pembacaan surat Yasin sebanyak 3 kali dan ditutup doa yang dipimpin oleh ulama setempat, kemudian diteruskan dengan bancakan, santap bersama, berupa makanan puli. Puli merupakan makanan yang terbuat dari beras. Agar rasanya kenyal beras dicampur dengan bleng. Puli diambil dari bahasa Arab Afwu lii, yang berarti ‘maafkanlah aku’.
Kita berharap, semoga dengan adanya acara baratan tersebut dapat memupuk tali silaturohmi diantara warga Kalinyamatan pada Khususnya dan Jepara pada Umumnya. Amiiiiin . . .

Selasa, 12 Juli 2011

SEJARAH MASJID MANTINGAN DAN RATU KALINYAMAT

Kisah Masjid Mantingan
Masjid Mantingan merupakan masjid kedua setelah masjid agung Demak, yang dibangun pada tahun 1481 Saka atau tahun 1559 Masehi berdasarkan petunjuk dari condo sengkolo yang terukir pada sebuah mihrab Masjid Mantingan berbunyi “RUPO BRAHMANA WANASARI” oleh R. Muhayat Syeh Sultan Aceh yang bernama R. Toyib. Pada awalnya R. Toyib yang dilahirkan di Aceh ini menimba ilmu ketanah suci dan negeri Cina (Campa) untuk dakwah Islamiyah, dan karena kemampuan dan kepandaiannya pindah ke tanah Jawa (Jepara) R. Toyib kawin dengan Ratu Kalinyamat (Retno Kencono) putri Sultan Trenggono Sultan kerajaan Demak, yang akhirnya beliau mendapak gelar “SULTAN HADIRI” dan sekaligus dinobatkan sebagai Adipati Jepara (Penguasa Jepara) sampai wafat dan dimakamkan di Mantingan Jepara..
Masjid Mantingan
Dimakam inilah Pangeran Hadiri (Sunan Mantingan), Ratu Kalinyamat, Patih Sungging Badarduwung seorang patih keturunan cina yang menjadi kerabat beliau Sultan Hadiri bernama CIE GWI GWAN dan sahabat lainnya disemayankan.
Makam yang selalu ramai dikunjungi pada saat “KHOOL” untuk memperingati wafatnya Sunan Mantingan berikut upacara “ GANTI LUWUR “ (Ganti Kelambu) ini diselenggarakan setiap satu tahun sekali pada tanggal 17 Robiul Awal sehari sebelum peringatan Hari Jadi Jepara. Makam Mantingan sampai sekarang masih dianggap sakral dan mempunyai tuah bagi masyarakat Jepara dan sekitarnya. Pohon pace yang tumbuh disekitar makam, konon bagi Ibu-ibu yang sudah sekian tahun menikah belum di karunia putra diharapkan sering berziarah ke Makam Mantingan dan mengambil buah pace yang jatuh untuk dibuat rujak kemudian dimakan bersama suami istri, maka permohonannya insyaAllah akan terkabulkan. 
Tuah lain yang ada dalam cungkup makam mantingan adalah “AIR MANTINGAN atau AIR KERAMAT” yang menurut kisahnya ampuh untuk menguji kejujuran seseorang dan membuktikan hal mana yang benar dan yang salah, biasanya bagi masyarakat Jepara dan sekitarnya air keramat ini digunakan bila sedang menghadapi suatu sengketa, dengan cara air keramat ini diberi mantra dan doa lalu di minum. Namun karena beragamnya kepercayaan masyarakat, maka silahkan bagi yang percaya dan tidak memaksa untuk yang lain.


Kisah Ratu Kalinyamat
Sedangkan sejarah dari Ratu kalinyamat sendiri seperti dari Babad Tanah Jawi. 2007. (terj.). Yogyakarta: Narasi, De Graaf HJ, Pigeaud ThGT. 2001. Kerajaan Islam Pertama di Jawa. Terj. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, Hayati dkk. 2000. Peranan Ratu Kalinyamat di jepara pada Abad XVI. Jakarta: Proyek Peningkatan Kesadaran Sejarah Nasional Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan Nasional.

Gapura Mantingan
Nama asli Ratu Kalinyamat adalah Retna Kencana, putri Sultan Trenggana, sultan Demak (1521-1546). Pada usia remaja ia dinikahkan dengan Pangeran Kalinyamat. Sedangkan Pangeran Kalinyamat berasal dari luar Jawa. Terdapat berbagai versi tentang asal-usulnya. Masyarakat Jepara menyebut nama aslinya adalah Win-tang, seorang saudagar Tiongkok yang mengalami kecelakaan di laut. Ia terdampar di pantai Jepara, dan kemudian berguru pada Sunan Kudus.Versi lain mengatakan, Win-tang berasal dari Aceh. Nama aslinya adalah Pangeran Toyib, putra Sultan Mughayat Syah raja Aceh (1514-1528). Toyib berkelana ke Tiongkok dan menjadi anak angkat seorang menteri bernama Tjie Hwio Gwan. Nama Win-tang adalah ejaan Jawa untuk Tjie Bin Thang, yaitu nama baru Toyib.
Win-tang dan ayah angkatnya kemudian pindah ke Jawa. Di sana Win-tang mendirikan desa Kalinyamat yang saat ini berada di wilayah Kota Tegal, sehingga ia pun dikenal dengan nama Pangeran Kalinyamat. Ia berhasil menikahi Retna Kencana putri bupati Jepara, sehingga istrinya itu kemudian dijuluki Ratu Kalinyamat. Sejak itu, Pangeran Kalinyamat menjadi anggota keluarga Kesultanan Demak dan memperoleh gelar Pangeran Hadiri. Pangeran dan Ratu Kalinyamat memerintah bersama di Jepara. Tjie Hwio Gwan, sang ayah angkat, dijadikan patih bergelar Sungging Badar Duwung, yang juga mengajarkan seni ukir pada penduduk Jepara.
Pada tahun 1549 Sunan Prawata raja keempat Demak mati dibunuh utusan Arya Penangsang, sepupunya yang menjadi bupati Jipang. Ratu Kalinyamat menemukan keris Kyai Betok milik Sunan Kudus menancap pada mayat kakaknya itu. Maka, Pangeran dan Ratu Kalinyamat pun berangkat ke Kudus minta penjelasan. Sunan Kudus adalah pendukung Arya Penangsang dalam konflik perebutan takhta sepeninggal Sultan Trenggana (1546). Ratu Kalinyamat datang menuntut keadilan atas kematian kakaknya. Sunan Kudus menjelaskan semasa muda Sunan Prawata pernah membunuh Pangeran Sekar Seda Lepen ayah Arya Penangsang, jadi wajar kalau ia sekarang mendapat balasan setimpal.
Ratu Kalinyamat kecewa atas sikap Sunan Kudus. Ia dan suaminya memilih pulang ke Jepara. Di tengah jalan, mereka dikeroyok anak buah Arya Penangsang. Pangeran Kalinyamat tewas. Konon, ia sempat merambat di tanah dengan sisa-sisa tenaga, sehingga oleh penduduk sekitar, daerah tempat meninggalnya Pangeran Kalinyamat disebut desa Prambatan. Selanjutnya dengan membawa jenazah Pangeran Kalinyamat, Ratu Kalinyamat meneruskan perjalanan sampai pada sebuah sungai dan darah yang berasal dari jenazah Pangeran Kalinyamat menjadikan air sungai berwarna ungu, dan kemudian dikenal daerah tersebut dengan nama Kaliwungu. Semakin ke barat, dan dalam kondisi lelah, kemudia melewati Pringtulis. Dan karena selahnya dengan berjalan sempoyongan (moyang-moyong) di tempat yang sekarang dikenal dengan nama Mayong. Sesampainya di Purwogondo, disebut demikian karena di tempat inilah awal keluarnya bau dari jenazah yang dibawa Ratu Kalinyamat, dan kemudia melewati Pecangaan dan sampai di Mantingan.

Ratu Kalinyamat Bertapa
Ratu Kalinyamat berhasil meloloskan diri dari peristiwa pembunuhan itu. Ia kemudian bertapa telanjang di Gunung Danaraja, dengan sumpah tidak akan berpakaian sebelum berkeset kepala Arya Penangsang. Harapan terbesarnya adalah adik iparnya, yaitu Hadiwijaya alias Jaka Tingkir, bupati Pajang, karena hanya ia yang setara kesaktiannya dengan bupati Jipang. Hadiwijaya segan menghadapi Arya Penangsang secara langsung karena sama-sama anggota keluarga Demak. Ia pun mengadakan sayembara yang berhadiah tanah Mataram dan Pati. Sayembara itu dimenangi oleh Ki Ageng Pemanahan dan Ki Penjawi. Arya Penangsang tewas di tangan Sutawijaya putra Ki Ageng Pemanahan, berkat siasat cerdik Ki Juru Martani.

Serangan Pertama Ratu Kalinyamat pada Portugis
Ratu Kalinyamat
Ratu Kalinyamat kembali menjadi bupati Jepara. Setelah kematian Arya Penangsang tahun 1549, wilayah Demak, Jepara, dan Jipang menjadi bawahan Pajang yang dipimpin Sultan Adiwijaya sebagai raja. Meskipun demikian, Sultan tetap memperlakukan Ratu Kalinyamat sebagai tokoh senior yang dihormati. Ratu Kalinyamat sebagaimana bupati Jepara sebelumnya (Pati Unus), bersikap anti terhadap Portugis. Pada tahun 1550 ia mengirim 4.000 tentara Jepara dalam 40 buah kapal memenuhi permintaan sultan Kerajaan Johor untuk membebaskan Malaka dari kekuasaan bangsa Eropa itu. Pasukan Jepara itu kemudian bergabung dengan pasukan Persekutuan Melayu hingga mencapai 200 kapal perang. Pasukan gabungan tersebut menyerang dari utara dan berhasil merebut sebagian Malaka. Namun Portugis berhasil membalasnya. Pasukan Persekutuan Melayu dapat dipukul mundur, sementara pasukan Jepara masih bertahan.
Baru setelah pemimpinnya gugur, pasukan Jepara ditarik mundur. Pertempuran selanjutnya masih terjadi di pantai dan laut yang menewaskan 2.000 prajurit Jepara. Badai datang menerjang sehingga dua buah kapal Jepara terdampar kembali ke pantai Malaka, dan menjadi mangsa bangsa Portugis. Prajurit Jepara yang berhasil kembali ke Jawa tidak lebih dari setengah dari yang berhasil meninggalkan Malaka. Ratu Kalinyamat tidak pernah jera. Pada tahun 1565 ia memenuhi permintaan orang-orang Hitu di Ambon untuk menghadapi gangguan bangsa Portugis dan kaum Hative.

Serangan Kedua Ratu Kalinyamat pada Portugis
Pada tahun 1564, Sultan Ali Riayat Syah dari Kesultanan Aceh meminta bantuan Demak untuk menyerang Portugis di Malaka. Saat itu Demak dipimpin seorang bupati yang mudah curiga, bernama Arya Pangiri, putra Sunan Prawata. Utusan Aceh dibunuhnya. Akhirnya, Aceh tetap menyerang Malaka tahun 1567 meskipun tanpa bantuan Jawa. Serangan itu gagal. Pada tahun 1573, sultan Aceh meminta bantuan Ratu Kalinyamat untuk menyerang Malaka kembali. Ratu mengirimkan 300 kapal berisi 15.000 prajurit Jepara. Pasukan yang dipimpin oleh Ki Demang Laksamana itu baru tiba di Malaka bulan Oktober 1574. Padahal saat itu pasukan Aceh sudah dipukul mundur oleh Portugis.
Pasukan Jepara yang terlambat datang itu langsung menembaki Malaka dari Selat Malaka. Esoknya, mereka mendarat dan membangun pertahanan. Tapi akhirnya, pertahanan itu dapat ditembus pihak Portugis. Sebanyak 30 buah kapal Jepara terbakar. Pihak Jepara mulai terdesak, namun tetap menolak perundingan damai karena terlalu menguntungkan Portugis. Sementara itu, sebanyak enam kapal perbekalan yang dikirim Ratu Kalinyamat direbut Portugis. Pihak Jepara semakin lemah dan memutuskan pulang. Dari jumlah awal yang dikirim Ratu Kalinyamat, hanya sekitar sepertiga saja yang tiba di Jawa. Meskipun dua kali mengalami kekalahan, namun Ratu Kalinyamat telah menunjukkan bahwa dirinya seorang wanita yang gagah berani. Bahkan Portugis mencatatnya sebagai rainha de Japara, senhora poderosa e rica, de kranige Dame, yang berarti "Ratu Jepara seorang wanita yang kaya dan berkuasa, seorang perempuan pemberani".

Pengganti Ratu Kalinyamat
Ratu Kalinyamat meninggal dunia sekitar tahun 1579. Ia dimakamkan di dekat makam Pangeran Kalinyamat di desa Mantingan. Semasa hidupnya, Ratu Kalinyamat membesarkan tiga orang pemuda. Yang pertama adalah adiknya, yaitu Pangeran Timur Rangga Jumena putra bungsu Sultan Trenggana yang kemudian menjadi bupati Madiun. Yang kedua adalah keponakannya, yaitu Arya Pangiri, putra Sunan Prawata yang kemudian menjadi bupati Demak. Sedangkan yang ketiga adalah sepupunya, yaitu Pangeran Arya Jepara putra Ratu Ayu Kirana (adik Sultan Trenggana). Ayah Pangeran Arya Jepara adalah Maulana Hasanuddin raja pertama Banten. Ketika Maulana Yusuf raja Banten meninggal dunia tahun 1580, putra mahkotanya masih kecil. Pangeran Arya Jepara berniat merebut takhta. Pertempuran terjadi di Banten. Pangeran Jepara terpaksa mundur setelah ki Demang Laksamana, panglimanya, gugur di tangan patih mangkubumi Kesultanan Banten.

Minggu, 10 Juli 2011

AWAL SYA'BAN DI KALINYAMATAN JEPARA


Datangnya bulan Sya’ban merupakan hari yang istimewa bagi warga didaerah kecamatan Kalinyamatan, jepara. Selain karena itu adalah bulan yang dimuliakan oleh Allah di bulan Sya’ban juga merupakan bulan yang memiliki tradisi didalamnya bagi daerah Kalinyamatan.
            Adalah tradisi baratan yang masyarakat disekitarnya menyebut. Sebuah tradisi arak- arakan anak- anak dengan membawa obor, maupun lampion- lampion yang bentuknya berbagai macam seperti  ayam, miniatur bis malem, truk, kapal, pesawat bahkan yang bentuknya wayang.
Sungguh kemeriahan dalam menyambut hari yang istimewa, sejak awal bulan sudah tampak dijalan Jepara Kudus yang lebih jelasnya kalinyamatan sekitar Pasar . disebelah kanan kiri jalan tampak berderet penjual lampion dari berbagai jenis dan bentuk, padahal puncak acaranya masih lama yaitu Nisyfu Sya’ban yaitu pertengahan bulan Sya’ban.